C
|
Melodi bermekaran dalam secarik kertas itu. tinta-tinta mulai menorehkan jelaga hitamnya pada kepolosan lembar itu. Lagi-lagi pena hanya ingin melukiskan dirimu. Lagi-lagi tanganku bergerak hanya ingin menggambarkan dirimu dalam sebuah bayang imajinasi seorang bocah konyol . apakah aku ini terlalu mencintai mu? Majas retoris!! Yah sudah tentu saja aku mencintaimu. Aku tak peduli jika kau mencintaiku atau tidak. Namun kuharapkau jangan pegi meninggalkanku. Itu saja.
Kini awan ingin pula ikut berekspresi. Melukiskan angkasa tak hanya dengan bintang namun dengan Hujan. Yah, kini hujan melebur menjadi satu dalam sebuah terpaan kesunyian. Begitu bising suaranya, namun begitu hampa kedengarannya. Pekikannya tajam, meneriaki namamu. Namun kau disitu hanya terbisu. Yah kau terus terbisu dipojok itu. Disudut hatiku dan disetiap akar pikiranku yang menjalar.
Kini aku menari dan bernyanyi. Membuat lagi sebaris Lagu rindu diantara gemerisik air. Aku rindu padamu. namun padamu pula aku ingin marah. Tapi rasa itu kemudian surut. Kemudian hanyut terbawa derasnya air hujan yang mengalir menemui hilir. menyisakan aku dengan segumpal rasa rindu. Entah menapa bisa begitu akupun tak tahu. Hujan masih berpusi sedari tadi,meninggalkan lagu rindu yang telah usai kunyanyikan. Kusebut namamu lagi dan bahagialah aku lagi. Mungkin inilah siklus cinta dewasa yang masih sulit untukku pahami. betapa sulitnya itu, aku tahu aku masih bisa bertahan disini untuk tetap menyayangimu.