K |
ini malam menggulung tirainya. Membuka celah antara aku dan nisan yang berduka. kamboja semerbak menebar bau weweangian asing dipemakaman. gundukan tanah ini menghitam seiring waktu berjalan. Aku masih terisak sendiri dikebutaan gelap. menangisi seutas kematian dan sejumput penyesalan. Suara burung hantu bersahutan memadu malam menyeramkan bersama jeritan anjing-anjing liar.
Kelam menyahut mencoba menyadarkan
aku. Hujan mencoreng bulan dan bintang sehingga menyisakan aku dan arwah-arwah
pemakaman ini. Suara gemerisik pepohonan tertiup angin menjadi melodi
tersendiri saat arwahmu hanyalah sebuah sepi. Kesendirian ini berlaih menjadi
gembira karena duka sesungguhnya telah kau lewati. Kematian. Ingin aku tertawa
sembari mengelus nisan. Namun sayang. Namaku bersandar dan terukir indah di
batu putih yang kini telah retak. Tanggal terakhirku diduniapun tak luput
mereka torehkan sebagai bentuk penghormatan terakhir mereka.
Bukankah kau bangga sekarang?
Menjadi sebentuk kesepian dan kesendirian dalam sebuah genggaman malam? Itukan
yang kau inginkan? Kebebasan. Kebebasan ada bersama kepakan sayapmu saat ini.
Di saat kau berteriak hanyalah hamparan rumput yang mendengar jeritanmu. Saat
kau menangis hanya hujan yang memelukmu. Saat kau sendiri kebebasanlah yang
menerkammu. Itu yang kau inginkan?? Seikat kebebasan tanpa perhatian. Itulah
aku sekarang.
Beralih menjadi sendu dalam duka.
Arwahku kini tak bisa terbang bebas ke
angkasa menyentuh pundi-pundi nirwana. Aku terikat dalam kontrak dunia yang
mengatakan bahwa aku menghentikan takdir matiku sendiri. Yaa aku bunuh diri.
Aku mencari kebebasan dalam mautnya pemakaman. Menelan semua pahit dunia dan
merasakan kebahagiaan tak terbatas disini. Aku hanyalah pelukan sepi.