“T
|
iiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnn!!”
Desingan klakson taksi membuyarkan lamunanku. Sudah hampir sejam lebih aku
terkantuk-kantuk di taksi. Newyork. Beginilah kota yang tak pernah tidur.
Kemacetan menjalar disetiap penjuru kota layaknya jamur. Aku beringsut-ingsut kesal.
Aku masih berada di Linconl havy street beberapa meter lagi Newark
International Airport. Namun sayang- sayang sekali. Untuk pergi ke Eropa aku
harus menggunakan terminal 5 di John F.Kennedy International Airport. Sedangkan
jarak yang harus kutempuh masih berkilo-kilo meter lagi menuju Howard beach
tempat bandara itu bersandar. Belum lagi kini aku harus bersusah-susah payah
menempuh Manhattan. Ya Manhattan siapa yang tidak tau Manhattan. Sebuah daerah
di remah Newyork tampat dan asal muasal biang kemacetan ada disitu.
Siaaaaaallll. Beberapa jam lagi aku akan tertinggal jam penerbangan ku.
“Stop!!”
aku memberhentikan taksi walau masih disekitar Union city. Aku berinisiatif
lain. Ku turunkan semua koper miliku dari dalam taksi lalu ku bawa dengan susah
payah menuruni tangga subway. Subway adalah satu-satunya transportasi yang bisa
diandalkan. Susah payah aku menaiki subway berharap aku tidak telat untuk time
flight departures. Tepat!!! Beberapa inchi lagi aku menginjakan kaki di John
F.Kennedy IA. Beberapa senti lagi aku harus checkin dan.... tidak beberapa
detik yang lalu Transerro Airlines sudah terbang. Tidak. Kuhubungi bagian
Costumer Service. Lalu aku beralibi untuk mengejar waktu meeting dan bla..
blaa.. blaa. Akhirnya kudapatkan juga penyelesaian masalahnya. Kini aku hanya
menunggu waktu 30 menit untuk mengikuti penerbangan transit. Aku harus transit
ke london dahulu sebelum kebandara tujuanku. “Ro..maaf aku sedikit terlambat
dari New york. Kamu dimana?? “ Sebuah pesan kukirim sebagai bentuk penyesalanku
ini.
“Ngiiiiiiiiiiiiinggg”
Suara mesin pesawat sudah berdesing nyaring disisi terlingaku. Dari pesanku
tadi hingga sekarang masih belum ada balasan. Marahkah ia, atau apa?? Pikiranku
semakin campur aduk ketika lampu telephone genggam berwarna merah. Pertanda
untuk mematikan alat elektronik atau mengaktifkannya dalam mode Flight. Lalu
aku tidur dalam perasaan gundah karena tak kunjung mendapat balasan..
Beberapa
jam kemudian British
Airways mendarat dengan sukses di London Heathrow Airport. Belanda. Segera
kusesuaikan sinyal telephone ini dan segera ku coba check pesan dari dia.
Nihil! Lalu kucoba lagi melihat salah satu media social yang ia gemari. Dari
jam pemberangkatan hingga kini mendarat di london. Dia sudah mem-post beberapa
pesan di Timeline nya. Berarti seharusnya ia sudah melihat isi pesanku. Berarti
seharusnya ia bisa membalas pesanku. Kucoba kuhubungi dia. Ternyata tak kunjung
di jawab. “Roo jika kau memang ingin membalas perbuatanku silahkan, kini aku
mengerti rasanya ditinggalkan. Padahal aku hanya sesaat belum mengetahui
kabarnya. Tak bisa kubayangkan jika aku harus menjadi Romanov yang 3 hari lebih
tak mendapat kabar dariku.. maafkan aku Ro..” aku bergumam sendiri sembari
menunggu pesawat Swiss International Airlines tiba di sini. Suasana London
masih dingin, padahal ini adalah awal musim semi. Atau hanya kekebalan tubuhku
yang berkurang. Karena beberapa hari kemaren aku hanya beristirahat di Rumah
sakit saja. Tak kupedulikan hal macam itu. Pikiranku benar-benar campur aduk
saat ini.
“Tiiiing
Tooong!” suara notification bandara terdengar nyaring. Mengumumkan bahwa
pesawat yangakan aku naiki telah tiba di terminal 6. Sudah saatnya. Aku telah
terlambat hingga beberapa jam karena Taksi dan Manhattan yang menyebalkan itu.
Pasti Romanov marah, yah ia pasti marah karena kebodohanku lagi. Tak
membutuhkan waktu lebih dari dua jam untuk tiba lagi di Bandara International
Zurich. Swiss. Sudah aku tiba di Swiss namun masih belum ada kabar dari
Romanov. Oke aku mencoba untuk membesarkan hati walau hingga kini aku masih
tetap tak dapat balasan dari dia. Aku berusaha mengingat tempat kami
berjanjian. Sudah lewat dari 4 jam dengan
Greenwich Mean Time saat ini. lalu aku mencoba berbahasa swiss atau
setidaknya jerman. Karena penduduk lokal sangat sulit untuk berbasaha inggris.usahaku
gagal sepertinya. Kukunjungi Tourism Center disekitar bandara. Kulihat peta
menuju Schwerzenbach suatu tempat yang dijanjikan Romanov untuk kami bertemu.
Di peta yang berada di Tourism center tersebut, lokasinya terlentak di sela-sela
Pegunungan Alpine dan terdapat tiga buah danau disana. Namun dari Zurich IA
cukup jauh jaraknya. Bisa membutuhkan waktu seharian untuk mencapainya.ditambah
aku belum membeli tiket akomodasi ketempat
kami berjanjian.
Sudah hampir
50 menit waktu terbuang sia-sia aku hanya mematung disini. “hai ausländische
Touristen!!”* terdengar teriakan dari dalam mobil van bermotif Reggae
dan sedikit nyentrik itu. “Hai!!” Untungnya aku mengerti sedikit bahasa jerman
dan apa yang coba mereka ucapkan. “Where are you going??” tanya mereka. Ah
untungnya mereka menggunakan bahasa inggris. “I Want to going there..”aku
menunjuk-nunjuk daerah Schwerzenbach karena sejujurnya aku tak mengerti cara
membacanya. “Come on we want to going there too.. Schwezenbach is awesome!!”
teriak mereka dari dalam van. Sejujuranya aku ragu untuk mengambil keputusan
ini. yah aku orang asing aku sangat takut untuk menaiki van yang baru kukenal
pemiliknya beberapa detik yang lalu. Namun pikkiranku juga beradu. Aku sudah
sangat terlambat dan aku juga buta arah, lagipula tampang mereka juga
sepertinya baik. Ah sudahlah kunekadkan. Jika mereka berbuat macam-macam akan
kuhubungi Romanov. Namun.. ah lupakan pikiran negatif ini!!
Selama
berkendara aku mengetahui bahwa sebenernya mereka orang asli Austria dan beberapa
Jerman. Yah mereka juga turis yang suka bertualang. Setidaknya kegundahanku
berkurang satu akan hal negatif mereka namun yang menjadi ke fokusanku adalah.
Dimana Romanov..
Selang
beberapa jam. karena jalanan Swiss lengang tak seperti di newyork jadi kami pun
tiba dengan cepat di Schwezenbach. Ku cari sebuah cottage bernama Clinton
disitulah kami berjanjian. Memang tak sulit menemukan sebuah cottage bernama
Clinton. Karena daerah ini begitu hijau dan sepi jadi hanya sedikit cottage dan
hotel yang berdiri. Jelas terpampang sebuah papan bertuliskan Clinton Cottage.
Aku turun dari van itu dan mengucapkan banyak terimakasih kepada mereka. Tak
lupa kuberikan kartu namaku sebagai bentuk sopan santun warga eropa. “See yaa
Belatrixx!!” sahut mereka melambai pergi meninggalkan aku dan segumpal asap van
didepan cottage ini. lalu kumasuki pekarangan cottage ini dan..
Sebuah cottage
berdiri menghadap danau Lauzern dengan warna cottage yang coklat muda diiringi
gugusan pohon cemara dibelakangnya menjadikan sebuah kesegaran tersendiri bila
menghirup udara disini. Kususuri pintu cottage dan langsung kucari dimana
Romanov berada. “Romanov!!!! Romanov!!!” aku meneriaki sesisi cottage yang
hanya memiliki satu lantai dengan satu kamar ini. cukup kecil untuk bisa
mendengarnya kembali bersahut. “Ada apa Belatrix.. akhirnya kau datang juga..
sudah lama aku menunggu mu disini” Romanov masih menunjukan muka datarnya,
walau aku tahu sebenarnya ia bahagia bertemu denganku. Sudah lupakan semua
kegengsian dalam otak. Kini aku berjalan mengahmpirinya sembari merentangkan
kedua tangan dan kami berpelukan akhirnya. Dia menyambut pelukanku dengan
hangat. Ketika berpelukan tak ada sepatah kata yang keluar. Rasa rindu ini
terlalu kalut untuk dibicarakan hanya pelukanlah yang mengerti semuanya.
“Ro kemana saja kau,
mengapa tak ada kabar.. jujur aku khawatir. Maaf kan aku pula yang telah
meninggalkanmu.. maafkan keterlambatanku Ro...” aku memelas sambil kupandangi
mata coklatnya itu. Begitu indah diterpa cahaya senja dari balik jendela. “Tidak
Belatrix.. lupakan kepergianmu. Itu mungkin memang menyiksaku namun melihatmu
hadir dalam pelukanku sungguh telah menentramkan hatiku..”. ucapnya sembari
memeluku kembali. Aku masih penasaran. Sepertinya sikap Romanov sedikit berbeda
denganku. Atau hanya perasaanku saja?? Meskipun jujur aku masih merasa bersalah
atas kepergianku tempo lalu. Kulihat punggungnya berbalik kearah ruang tamu
mengeluarkan seisi tasnya. “Apa yang kau cari Ro?” tanyaku pelan “Tidak hanya
sebuah tenda. Aku ingin hari ini kita camping di pekarangan Bel..” ucapnya
masih datar.. Wow apa yang ia rencanakan
lagi. Aku jaid penasaran. “Perlukah aku bantu?”.. “Tidak usah Beltarix, kau
pasti lelah dengan semua perjalananmu istirahatlah sana”. tuturnya halus. Jujur
saja aku memang sedikit lelah. Kesehatanku belum semuanya pulih.
Aku terlelap dalam
buaian Swiss disenja ini. -hingga beberapa jam diakhir senja dan diawal malam
“Belatrix.. Belatrixxx” kudengar suara halus membangunkanku pelan. “Ah Roo..”
kulihat Romanov dengan senyumnya membangunkanku. Waktu menunjukan pukul 08.45
Malam. “Apakah kau lapar Bel? Kau belum makankan??” tanyanya sembari mengelus
pipiku. Kurasakan bunyi dalam perutku tak kuasa lagi untuk makan. Lalu Romanov
mengajaku keluar rumah dan Voilaa!!!!! Di pekarangan yang menghadap danau
Lauzern dengan gemerlap bintang di angkasa hitam, serta pegunungan Alpine yang
menjadi latar belakang danau itu. Aku terkesiap! Sebuah tenda hijau berdiri
lengkap dengan api unggun serta beberapa buah roti dan makanan kaleng.
“Ro apakah kau
menyiapkan ini sendirian??” aku masih berdecak kagum. “Iyalah tidak ada
seorangpun disini selain kita.. indah bukan???” Tanyanya kembali. “Sangat amat
indah Ro..” mataku memantulkan cahaya api unggun sedangkan matanya memantulkan
ukiran indah pegunungan Alpine. Lalu ia menggenggam erat tanganku mengajakku
untuk makan malam. Beberapa roti dan daging kalengan menjadi hidangan utama
kami. Serta beberapa jagung menjadi penutupnya. Kupandangi senyumnya yang
merekah saat kami bersenda gurau. Tak ada yang lebih indah di dunia dibanding
gelak tawa yang ia berikan.
Hingga saat nya kami
membicarakan topik yang lumayan serius.. yaitu tentang William. Yah william.
“Belatrix.. kudengar kau dekat dengan william?? Siapa lelaki itu?? Apakah kau
menyukainya??” pertanyaan yang bergulir dari bibir Romanov spontan sedikit
membuatku tersedak. “Ro.. dia hanya sebatas teman untuk ku.. tak ada yang
melebihi dirimu saat ini.” jawabku. “Benarkah, bukankah sepertinya William juga
menyukaimu, kulihat dia sering mem-postingkan sebuah kalimat gundah untuk mu??”
tanyanya lagi. Pertanyaannya begitu tepat seperti tembakan seorang sniper
sejati. “Kuakui benar Ro.. dia menyukaiku namun itu hanyalah perasaanya, tak
usahlah kau pedulikan dia. Sejujurnya aku hanya menyayangimu Ro.. pandangilah
mataku saat ini!” tegasku aku tak ingin Romanov mempunyai pikiran negatif
tentang ku lagi. Saat mata kami beradu pandang seperti sebuah galaksi yang
dipenuhi bintang sedang bertabrakan. Jutaan cahaya berpendar disela-sela
tatapan kami. Hanya teriakan kebisuan yang mampu menggambarkannya. Matanya yang
coklat dan indah tak mampu lagi menahan, rasa sayang ini. terlalu menggebu.
“Belatrix..”
sahutnya.. “Ya Romanov apakah kau sudah lega dengan pertanyaanmu?..” tanyaku. “Bukan itu. Matamu indah sekali diterpa
kemerlap bintang-bintang swiss..” ucapnya. Deeeeng!!! Kata-kata itu terlalu
mengenai hatiku saat ini. aku hanya terdiam dan membisu tanpa tahu apa yang
harus kukatakan lagi. “Belatrix.. aku ingin tahu apa alasanmu meninggalkan aku
sendirian di Roma.. apakah kau tidak tahu. Itu menyakitiku Bel..” lagi-lagi
pertanyaannya seperti peluru yang menembus tepat di ulu hati ini. kulihat
tangannya terluka entah karena apa. Aku tidak tahu pasti. Namun aku tahu kalau
Romanov punya kebiasaan buruk. Yaitu menyakiti dirinya sendiri. “Maafkan aku
Romanov.. maafkan aku... aku hingga kini bingung.. aku mempunyai perasaan yang
berlebih.. dan aku juga takut melukai hatimu Ro..” aku bingung untuk
menjelaskan semuanya. Yah semuanya begitu rumit untuk diutarakan.
“Belatrix. Apapun
tujuanmu melakukan itu kumohon dengan sangat, jangan lakukan hal itu lagi.. aku
tak peduli apa alasanmu meninggalkanku tempo hari. aku cukup tenang berada
disini bersamamu..” tutur Romanov. “Iya Ro maafkan aku sekali lagii.. dan tadi
mengapa kau mendiamkan aku? Aku kebingungan setengah mati mencari sekelumit
kabarmu” balasku. “yah aku tadi sedikit egois Bel, maaf aku menyangsikan hatimu
yang sebenarnya tak kuketahui.. aku cemburu pada dia. William..” kata Romanov
jujur. “tak usah lagi kau pedulikan
William Ro, dia hanyalah sekelumit orang yang sebenarnya tak kupedulikan, hanya
kamu yang kupedulikan saat ini. sudahlah” Tuturku halus. Matanya berbinar
menatapku dan semua kejujuran mengelilingi Alpine saat ini. hanya sebuah salah
tingkah dan senyum-senyum geli yang berada memutari kami saat ini. sebuah
kelepasan masalah dan kepergian ego membuat kami tersenyum-senyum sendiri.
Malam semakin larut dalam canda tawa
kami. Konflik tak selalu menjadi permasalahan yang rumit untuk kami. Kuncinya
hanya satu. Kejujuran. Entah antara kejujuran atau ketulusan namun kuperlukan
salah satunya disetiap beradu konflik dengan Romanov. Kini kami berdua
berdekapan satu sama lain memandangi hamparan bintang tepat diatas danau Lauzern
dan didepan puncak Alpine. Keindahannya tak bisa dibayangkan. “Belatrix
lihatlah sekarang tepat pukul 2..” kata Romanov.. “Lalu apa yang terjadi Ro??
Sudah sangat larutkah? Hingga kau ingin terlelap??” tanyaku yang masih ingin
terjaga disini. “Tidak bukan itu Bel. Lihatlah ke angkasa sana. Tepat di
penghujung musim dingin dan diawal musim semi Alpine selalu menampakan cahaya
Auroranya yang indah..” ucapnya sembari tersenyum memandangi langit. Dan benar
saja cahaya yang turun satu persatu membenamkan Switzerland dalam sebuah rona
keindahan. Aku terbenam dalam pelukan Romanov diantara kemilau Aurora yang
berpendar diangkasa. Lalu kurasakan hangat bibirnya menyentuh bibirku. Diterpa
angkasa dan Aurora danau Lauzern ini menjadikan sebuah ciuman yang mengutarakan
segalanya. Hanya bintang dan Aurora disanalah betapa kuat cinta kami.. melodi
ini belum berakhir, masih banyak bebatuan terjal didepan sana.. namun satu yang
pasti Swiss menjadi ukiran indah cinta kita. Kelak kalian akan menemukannya di
Alpine. Karena disitulah terbentuknya surga nirwana bagi kami saat ini.
*Hai turis asing