Roman Picisan Seasson 2: Malam Milik Aberto



Saat Fajar tak lagi berpihak
Saat Siang tak lagi menepati janji...

Malam meliuk tikung. Membelah rona-rona indah asmara. Kembali aku tergenggam, terbelenggu oleh kelam. Kamarku tak lagi serupa kamar. Kamarku lebih menyerupai kapal yang terpengal, tenggelam kekal. Aku telah mencari. Sesuatu yang tak bisa kau cari.
“Aberto!! Aberto!!” Teriak seseorang. “Cepat temukan hal itu! Apa kau mau otakmu akan hancur!! Cepat Aberto!!”
Seakan dikejar kereta kembali aku mencarinya. Dari sudut kiri hingga kanan, dari depan hingga belakang. Bahkan kolong-kolong tak luput kuintai lepas. Dari segala celah hingga belah telah kucari selah. Namun masih saja belum kutemukannya.
Malam kian menjulang, mengulang detik menjemput menit dan menarik jam. Sudah lelah aku mencari. Kini kering ditubuh harus mencari posko-posko pengungsian, karena keringat jauh melebihi banjir-banjir kota.
Aku duduk menekuk lutut, lelah memperkosaku yang memaksa untuk menyandarkan punggung kedinding yang sedari tadi terbisu melihat tingkahku.  Otaku kembali berteriak. Meneriaki sendi-sendi rusukku yang sedang memeluk letih.
“Mana!! Mana!! Apa kau sudah menemukannya??? Apa kau sudah menemukannya???!” . “jangan diam saja Aberto, jawab!!!”
Aku kini memendamkan kepala kedalam lutut. Memendamkannya dalam-dalam. Otakku sudah kacau. Aku terus mencari dan mencari. Namun hal yang kucari bahkan tak ingin ditemukan.
“Oh Cinta mu. Dimana kau bersembunyi... “
 “Aku sudah lelah meletihkan tubuhku. Cintaku telah kau sapu bersih hingga menjadi serpihan yang kau akui. Sedangkan cintamu? Kau sembunyikan dimana cintamu? Apakah kau tak ingin cintamu kumiliki? Egois.”’
Malam kembali bersandar. Menekukkan waktu, membelai peluh. Kini saatnya malam yang beristirahat dibalik jeruji-jeruji siang. Fajar menukik. Menyebul duka membuka luka. Telah lelah ku lepas rindu. Telah lelah aku mencari mengambil janji. Kadang cinta itu memang tak bisa ditemukan, atau bahkan cinta itu terkadang bukan tertuju padaku. Walau telah lelah aku merayu pilu. Cinta adalah cinta. Sebuah jati kehendak diri. Jika ia enggan membalas maka tak terbalas lah semua itu.
Mungkin Belatrix bukanlah miliku. Biarlah malam yang menjadi miliku, iakan kusimpan dalam kalbu.