Saat Fajar
tak lagi berpihak
Saat Siang
tak lagi menepati janji...
Malam meliuk tikung. Membelah
rona-rona indah asmara. Kembali aku tergenggam, terbelenggu oleh kelam. Kamarku
tak lagi serupa kamar. Kamarku lebih menyerupai kapal yang terpengal, tenggelam
kekal. Aku telah mencari. Sesuatu yang tak bisa kau cari.
“Aberto!! Aberto!!” Teriak
seseorang. “Cepat temukan hal itu! Apa kau mau otakmu akan hancur!! Cepat
Aberto!!”
Seakan dikejar kereta kembali aku
mencarinya. Dari sudut kiri hingga kanan, dari depan hingga belakang. Bahkan kolong-kolong
tak luput kuintai lepas. Dari segala celah hingga belah telah kucari selah. Namun
masih saja belum kutemukannya.
Malam kian menjulang, mengulang
detik menjemput menit dan menarik jam. Sudah lelah aku mencari. Kini kering
ditubuh harus mencari posko-posko pengungsian, karena keringat jauh melebihi
banjir-banjir kota.
Aku duduk menekuk lutut, lelah
memperkosaku yang memaksa untuk menyandarkan punggung kedinding yang sedari
tadi terbisu melihat tingkahku. Otaku
kembali berteriak. Meneriaki sendi-sendi rusukku yang sedang memeluk letih.
“Mana!! Mana!! Apa kau sudah
menemukannya??? Apa kau sudah menemukannya???!” . “jangan diam saja Aberto,
jawab!!!”
Aku kini memendamkan kepala
kedalam lutut. Memendamkannya dalam-dalam. Otakku sudah kacau. Aku terus
mencari dan mencari. Namun hal yang kucari bahkan tak ingin ditemukan.
“Oh Cinta mu. Dimana kau bersembunyi... “
“Aku sudah lelah meletihkan
tubuhku. Cintaku telah kau sapu bersih hingga menjadi serpihan yang kau akui. Sedangkan
cintamu? Kau sembunyikan dimana cintamu? Apakah kau tak ingin cintamu kumiliki?
Egois.”’
Malam kembali
bersandar. Menekukkan waktu, membelai peluh. Kini saatnya malam yang
beristirahat dibalik jeruji-jeruji siang. Fajar menukik. Menyebul duka membuka
luka. Telah lelah ku lepas rindu. Telah lelah aku mencari mengambil janji. Kadang
cinta itu memang tak bisa ditemukan, atau bahkan cinta itu terkadang bukan
tertuju padaku. Walau telah lelah aku merayu pilu. Cinta adalah cinta. Sebuah jati
kehendak diri. Jika ia enggan membalas maka tak terbalas lah semua itu.
Mungkin Belatrix
bukanlah miliku. Biarlah malam yang menjadi miliku, iakan kusimpan dalam kalbu.