Tuhan. Terima kasih,
sekali lagi aku tahu hari ini adalah suatu rencanamu. Aku tahu Kau rindu
padaku. Dan ingin aku kembali mendekatkan diri pada Mu. Tuhan Terima kasih
pula. Berkat hari ini pula aku tahu mana yang baik dan yang buruk. Mana yang
kawan dan mana yang lawan. Jujur. Lega sudah ketika aku selesai melakukan
Shalat Isya. Seolah bendungan yang kubangun dengan ego dan seolah batas-batas
yang kubangun dengan hati yang tinggi, luruh sudah. Lebur semuanya dalam duduk
Atahiyat terakhir itu.
Tuhan. Bila ini cara-Mu agar aku mendekatkan diri lagi
pada-Mu. Aku terima Tuhan. Namun sedikit mengganjal. Aku rindu pada Keadilan.
Dunia ini tak pernah adil bagi ku, sama sekali tidak. Karena yang Maha Adil
hanyalah Kau Tuhan. Kali ini aku rindu pada keadilan-Mu..
Tuhan. Terima kasih atas Iman yang Kau berikan. Berkat itu
aku mampu berdiri menyongsong hari. Tapi hari ini.. Akhirnya aku membuktikan.
Lidah lebih tajam dari pada pedang. Tuhan yang lagi maha melihat dan maha
mendengar. Kau pasti tahu apa yang kurasakan hari ini. Seolah remuk sudah
segel-segel yang kulilitkan pada hati ini. Namun aku terima bila ini cara-Mu
agar aku dekat dengan-Mu kembali. Aku terima Tuhan.
Tuhan. Tolong kuatkanlah iman para teman-temanku. Merekalah
yang berdiri berjajar melindungiku dalam lingkarannya. Merekalah tempat lampias
segala gundah yang kurasakan Tuhan. Dalam lingkar yang mereka buat, dalam doa
yang mereka panjat. Ada seorang yang berdiri paling depan. Ada seorang yang
siap menghadang. Ada seorang yang berdoa tanpa alasan. Dia Ibuku Tuhan...
Tuhan. Jangan biarkan ibuku tahu.. aku rela menerima
lecutan itu, aku rela tergores dalam hatiku. Tapi tolong.. jangan hati Ibuku...
dia(ibu) mencetak jelas kasih sayangnya padaku dalam lembar kehidupannya. Dia akan
menangis jika mengetahui hati anaknya tergores. Tuhan, tolong kuatkan hati
Ibuku. Hari ini memang menyakitkan, namun jangan buat malam ini lebih
menyakitkan Tuhan.