Sepenggal Sendu Tengah Malam


                Sesaat aku terdiam. Satu menit... dua menit... tiga puluh menit kemudian aku masih terdiam. Dalam bekunya udara malam. Dalam gelapnya angkasa tanpa matahari. Aku merenung, terkadang aku merasa beruntung, terkadang aku merasa bodoh. Namun yang jelas aku merasa candu akanmu. Terngiang akan perkataanmu tempo lalu. Jadilah dewasa.

                Mencintaimu dengan dewasa tak mudah. Aku selalu seperti terperangkap kotak pandora. Jauh dalam Atlantis terkubur. Aku merasa terhimpit rapat dalam sempitnya kotak pikiranku. Atau aku terhimpit rapat dalam cemburu yang memburu. Entahlah kadang aku bingung bagaimana mencintai seseorang dengan dewasa. Namun aku terus mencoba. Tapi sia-sia.

                Mencintamu dengan dewasa sangatlah sukar. Aku seperti terbelenggu oleh kekang abadi. Apakah aku mati? Rasanya tidak. Aku bisa bergerak bebas namun hatiku kaku membeku. Membeku dengan kamu didalamnya. Ajarilah aku menjadi dewasa, bagaimana caranya mencintai seseorang tanpa cemburu, tanpa ego, tanpa kurungan yang memerangkap rasa memiliki didalamnya. jika kamu tahu, tolong ajari aku.

                Mencintaimu dalam diam apakah itu dewasa? Akhirnya aku menemukan satu cara. Mencintaimu dengan diam. Sepertinya itu adalah hal paling dewasa menurutku. Diam tanpa ada embel-embel cemburu dalam sikapku. tanpa ada ekor ego dalam setiap perangaiku. Diam dalam arti aku berhenti menjadi anak kecil yang selalu mengeluh, selalu menjeratmu dengan pertanyaan naifku. Ya sepertinya itu tepat.

                Malam sendu. Biarkan aku kembali bersenandung dalam penggal kata hingga aku lelah dan terlelap dalam pangkuanmu.